Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) kembali
menindaklanjuti sikap tegasnya terkait manuver dakwah kelompok Syiah di
Indonesia.
Kali ini, Sekretaris Jenderal (Sekjend) MIUMI Bachtiar Nasir didampingi Fahmi Salim Zubair, M.A. (Wasekjend MIUMI), Dr. Muchlis Hanafi (Wakil Ketua), dan M. Zaitun Rasmin, MA (Wakil Ketua) menyerahkan empat hasil riset kepada Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat (Dirjen Bimas) Islam (Senin, 16/04/2012) di Jalan MH. Thamrin Nomor 6 Jakarta Pusat.
Kali ini, Sekretaris Jenderal (Sekjend) MIUMI Bachtiar Nasir didampingi Fahmi Salim Zubair, M.A. (Wasekjend MIUMI), Dr. Muchlis Hanafi (Wakil Ketua), dan M. Zaitun Rasmin, MA (Wakil Ketua) menyerahkan empat hasil riset kepada Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat (Dirjen Bimas) Islam (Senin, 16/04/2012) di Jalan MH. Thamrin Nomor 6 Jakarta Pusat.
Empat hasil penelitian yang diserahkan MIUMI tersebut berisi,
Pertama, buku tentang penelitian lapangan berjudul “Syiah di Sampang”
ditulis oleh Ahmad Rafi’i Damyanti. Kedua, buku “Himpunan Fatwa dan
Pernyataan Tokoh dan Ulama Indonesia” tentang Syiah. Ketiga, kumpulan
dokumentasi (kliping) buku-buku Syiah Indonesia yang mencerca Sahabat
dan istri Nabi Saw. Keempat, terbaru “Himpunan Fatwa Dr. Yusuf Al
Qaradhawi tentang Syiah”, terbitan tahun 2009.
Fahmi Salim Zubair, M.A. (Wasekjen MIUMI) mengatakan, agar Syi’ah bisa berdampingan dengan komunitas Sunni, Syi’ah harus akui Al-Quran yang ada saat ini dan hentikan cercaan terhadap Sahabat dan istri Rasul Saw.
Fahmi Salim Zubair, M.A. (Wasekjen MIUMI) mengatakan, agar Syi’ah bisa berdampingan dengan komunitas Sunni, Syi’ah harus akui Al-Quran yang ada saat ini dan hentikan cercaan terhadap Sahabat dan istri Rasul Saw.
“Ada empat syarat agar Syi’ah bisa berdamai dengan kalangan Sunni.
Pertama, akui secara tegas bahwa Al-Quran itu otentik (tidak mengalami
tahrif). Kedua, hentikan caci-maki terhadap sahabat-sahabat dan istri
Rasul Saw. Ketiga, Syiah tidak boleh menyebarkan fahamnya di tengah
komunitas Sunni. Keempat, mesti ada pengakuan terhadap hak-hak kaum
minoritas baik itu Sunni maupun Syiah”, paparnya mengutip pernyataan Dr.
Yusuf Qaradhawi kepada para Mullah dan Ayatullah (ulama) Syi’ah di
Iran.
Sementara itu, Muhammad Zaitun, Ketua Umum Wahdah Islamiyah (WI) yang
juga pendiri MIUMI, mengatakan, untuk menangkal arus dakwah Syiah,
MIUMI akan menggelar Muktamar Internasional Ulama Ahlul Sunnah se-Dunia
di Jakarta.
“Harapan kami, MIUMI bisa bermitra dengan kementrian dan mendapat dukungan secara pribadi dari Pak Dirjen”, ujarnya berharap.
Menanggapi hal itu, Dirjen Bimas Islam Kemenag RI, Prof. Dr. Abdul
Jamil berterimakasih kepada MIUMI atas terobosan, informasi serta solusi
intelektual berbasis ilmu dan riset yang disuguhkan MIUMI kepada umat.
“Terimakasih (kepada MIUMI), informasi yang semula meraba dalam gelap
kian terbuka. Kesimpulannya, dengan menjembatani umat dan berupaya
merangkul berbagai lapisan, MIUMI sedang memasuki satu “wilayah kosong”
yang hampir belum disentuh saat ini. MIUMI, dengan pemikiran
intelektualnya yang luar biasa ini, merupakan trend baru yang dibutuhkan
anak muda dalam rangka konvergensi kekuatan-kekuatan Islam di Indonesia
yang tidak tersekat oleh ikatan ormas yang sudah ada”, ungkap Pak
Dirjend.
Menutup pertemuan, Prof. Dr. Abdul Jamil berjanji akan menyampaikan
hasil penelitian tentang Syi’ah tersebut kepada Menteri Agama, Surya
Darma Ali, sebagai bahan pertimbangan dalam decision making system atau
pola pengambilan keputusan. [Masdar Helmi]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar