Oleh Dinar Zul Akbar
Di pojokan rumah cukup sederhana. Terlihat seorang anak
kecil yang tampak merana. “Ayah jahat, ayah jahat” begitulah ia
memprotes sang Bapak tercinta. Usut punya usut ternyata sang Ayah tak
“berhasil” memenuhi apa yang ia minta.
Lain lagi dengan seorang manusia sok suci di sebuah ruangan.
Berhujatlah ia “Ya Allah Engkau jahat, dosa apa yang telah aku lakukan”.
Hanya karna Allah sedang menegur atau memberikan ia sedikit cobaan....
Tak
sadarkah ia bahwa sekelumit kata yang telah ia lontarkan. Adalah sebuah
dosa baru yang dicatat oleh malaikat di kiri dan disaksikan pula yang
di kanan.
Allah didakwa dengan dakwaan yang begitu keji. Dikatakan bahwa Allah
adalah oknum yang tak terpuji. Si iblis si laknat saja tak pernah
mengucap kalam kotor serta mengerikan ini. Maha suci Allah dari apa-apa
yang ia sifati.
Seekor babi saja tahu apa itu terimakasih. Bukankah segala sesuatu
temasuk babi, mereka selalu dan senantiasa bertasbih. Memuji Allah
Tuhan mereka atas segala rahmatNya yang tak pernah pilih kasih. Maka
apakah ia, jika hewan saja tak mau mengumpat Allah dengan ungkapan yang
sedemikian pedih.
Bagaimana mungkin dzat Yang Maha Baik bisa disandingkan dengan Yang
Maha Jahat. Sebagaimana tak akan bercampur antara air yang jernih dengan
minyak yang pekat. Dimanakah si Iman ketika Allah ia gugat. Ataukah si
Iman telah ia kubur dalam-dalam di liang lahat.
Dengan mulut yang diberikan padanya Ia mendakwa bahwa Allah Jahat.
Sama saja ia mengiyakan ucapan-ucapan Barat. Bukankah mereka bercuap
bahwa Islam adalah agama orang-orang bangsat. Agama barbar yang tak tahu
tentang nilai-nilai harkat dan martabat.
Dan telah ia gagahi nilai-nilai keluhuran Muhammad SAW sang Nabi.
Jika Tuhan saja jahat, maka Nabi yang diutus pun mendadak menjadi orang
yang tak tahu apa itu budi pekerti. Toh, apa yang bakal terjadi terhadap
agama yang seperti ini. Tentu saja ia akan hanya menjadi sarang caci
dan maki.
Pun ia telah merenggut kesucian Al Quran. Bukankah Al Quran itu
seluruhnya firman Tuhan. Tapi tidak, bagi ia yang telah menuduh bahwa
Allah tak berperikemanusiaan. Seakan ia menuduh bahwa Allah telah
berkolaborasi dengan setan. Dalam hal menurunkan Quran sebagai petunjuk
serta sumber kebenaran.
Betapa keji lidahnya ia jadikan Allah sebagai sasaran kemarahannya.
Seolah Allah itu seorang budak sedang ia orang yang merdeka. Ia katakan
Allah-lah sumber segala kerusakan di seluruh penjuru dunia. Maka dari
itu ia menyalahkan Allah bahkan mencoba membunuhNya dengan kata-kata.
Memang lidah tak bertulang. Tapi tak lantas menjadikannya lancang.
Dosa apa Allah ia sebut sosok yang jalang. Akalnya sudah jauh melebihi
dari binatang. Kemanakah si malu, apakah sudah ia buang.
Ia sandingkan Allah dengan sifat insan. Ia katakan dengan kejam bahwa
Allah itu bajingan. Maka tertawalah Iblis teramat kegirangan.
Dikarenakan telah ia dapat seorang teman. Maha suci Allah terhadap
apa-apa yang ia sangkakan.
Apakah tak memperhatikan ia. Terhadap apa-apa yang ia baca dalam
kalam Tuhannya. Disebutkan dengan jelas Allah dengan sifat rohman serta
rohimNya. Dan apakah tak memperhatikan ia. Bahwa nanti setiap orang yang
masuk surga. Adalah karna RahmatNya.
Apakah tak pernah ia mendengar. Bahwa bumi ini sedemikian luas
dihampar. Bahkan menyemburat sampai ke angkasa luar. Dan apakah tak
pernah ia mendengar. Bahwa rahmat Allah itu bak matahari yang sinarnya
selalu terpancar.
Apakah tak pernah ia merasa. Bahkan dirinya adalah bukti rahmatNya.
Walau sering kali ia mendusta. Dan apakah tak pernah ia merasa. Bahwa
rahmat Allah itu memenuhi apa-apa yang ada di dunia.
“maka ada pun manusia, apabila Tuhan mengujinya dan membatasi
rizkinya, maka dia berkata Tuhanku telah menghinakanku” (QS 89 : 16).
“dan mereka tidak mempunyai ilmu tentang itu. Mereka tidak lain
hanyalah mengikuti dugaan, dan sesungguhnya dugaan itu tidak berfaedah
sedikit pun terhadap kebenaran”. (QS 53 : 28).\
mukminsehat.multiply.com
dinarzulakbar_mail@yahoo.com
dinarzulakbar_mail@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar